Kaki Remaja di AS Diamputasi Usai Makan Mie Sisa, Bukan Keracunan Semata?

- Sabtu, 26 Maret 2022 | 15:04 WIB
Ilustrasi kaki yang diamputasi (Unsplash/Barabasa)
Ilustrasi kaki yang diamputasi (Unsplash/Barabasa)

Nasib malang menimpa seorang remaja di Amerika Serikat. Anak usia 19 tahun itu harus kehilangan dua kaki dan semua jari tangannya usai keracunan.

Menurut The New England Journal of Medicine (NEJM) pada Maret 2021, remaja itu dirawat di rumah sakit dengan gejala muntah, sakit perut, demam, lemas, kedinginan dan sesak napas. Ini terjadi setelah ia menyantap sisa ayam dan mie yang dibawa oleh temannya dari rumah makan.

Baca juga: Model Cantik Terpaksa Diamputasi Usai Terpapar COVID-19, Kok Bisa?

Sekitar 20 jam setelah menyantap makanan sisa tersebut, gejala-gejala keracunan mulai muncul. Teman yang membawakannya makanan itu juga merasa mual dan muntah. Namun, tidak sampai harus diamputasi.

Gejala yang tak biasa

-
Ilustrasi kaki yang diamputasi (Unsplash/Barabasa)

Melansir Channel News Asia, Jumat (25/3/2022), selain gejala keracunan biasa, remaja malang itu mengalami kaku di bagian leher, penglihatan kabur, dan kulit belang kemerahan.
 
Bahkan dari laporan rumah sakit menyebut napas remaja tersebut menjadi lebih cepat. Tetapi anehnya kadar oksigen dalam darahnya rendah.

Tekanan darahnya turun menjadi setengah dari saat dia tiba di ruang gawat darurat. Dokter juga melihat bintik-bintik coklat kemerahan seperti memar mulai muncul di sekujur tubuhnya.
 
Antibiotik diberikan tetapi mereka tidak berhasil membalikkan keadaan dan pasien harus dipindahkan ke rumah sakit lain dengan lebih banyak sumber daya. Selama beberapa hari berikutnya, kondisinya stabil kecuali masalah bercak seperti memar di sekujur tubuhnya.

“Ternyata memar itu adalah tanda-tanda pembekuan darah yang disebabkan oleh pendarahan internal dan gumpalan ini memotong oksigen ke tangan dan kakinya. Pasien harus diamputasi karena jaringan di ekstremitas tersebut mulai nekrosis (kematian sel dan jaringan secara dini) dan berubah menjadi gangrene (jaringan mati),” bunyi keterangan rumah sakit tempatnya di rawat. 

Bukan keracunan semata

-
Ilustrasi muntah akibat keracunan (Unsplash/dragana991)

Terkait kasus ini, dokter residen senior di Divisi Penyakit Menular National University Hospital, Dr Brenda Mae Alferez Salada menyebut bahwa ini bukan semata-mata karena keracunan makanan.

Hal ini dikarenakan pasien menderita leher kaku dan ruam hemoragik yang merupakan tanda-tanda penyakit meningokokus. Gangguan kesehatan itu sendiri disebabkan oleh bakteri, neisseria meningitidis.

“Ini adalah organisme yang sama di balik peradangan lapisan otak dan sumsum tulang belakang yang terlihat pada bayi baru lahir dan bayi yang dikenal sebagai meningitis meningokokus,” ujar Salada.

Lebih lanjut ia menjelaskan, neisseria meningitidis tidak terbawa makanan. Sebaliknya, itu ditularkan melalui kontak langsung dengan tetesan udara dari orang atau pembawa yang terinfeksi.

“Anda juga dapat terinfeksi melalui kontak dengan benda-benda yang baru saja dikotori oleh orang yang terinfeksi atau sekret hidung pembawa,” sambungnya. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X