Virus Corona B117 dan N439K Terdeteksi di Indonesia, Ini Perbedaannya

- Selasa, 16 Maret 2021 | 15:17 WIB
Ilustrasi virus corona. (Pexels/Edward Jenner)
Ilustrasi virus corona. (Pexels/Edward Jenner)

Belum lama ini muncul pemberitaan mengenai varian virus corona baru yang membuat masyarakat khawatir. Ada dua mutasi virus corona yang terdeteksi dan telah masuk ke Indonesia, yaitu B117 dan N439K.

Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi beberapa waktu lalu mengatakan virus corona memang tipe virus RNA (ribonucleic acid) yang secara alami mudah mengalami mutasi, dan mutasi adalah kemampuan virus untuk bertahan hidup.

Di Indonesia, telah terdeteksi setidaknya enam kasus virus corona B117. Hari ini, varian B117 juga ditemukan di Bogor. Sedangkan kasus virus corona N439K sudah ada di Indonesia sejak November 2020. Apa beda kedua varian virus corona tersebut?

Mutasi Corona B117

Mutasi virus corona B117 pertama kali diumumkan di Inggris pada Desember 2020. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, dr. Slamet, MHP mengatakan mutasi virus corona B117 lebih cepat menular. Orang yang terinfeksi varian virus ini juga dapat menularkan virus dalam jumlah yang lebih besar.

Varian baru ini juga membuat penderitanya mengalami beberapa gejala antara lain demam, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri otot, kehilangan indera penciuman dan perasa, sakit kepala, pilek, muntah-muntah, ruam pada kulit, hingga mata merah.

BACA JUGA: Update Corona Dunia 16 Maret: 120 Juta Terinfeksi, 97 Juta Sembuh

Mutasi Corona N439K

Selain B117, varian virus corona N439K juga muncul. Varian ini pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020 dan sudah menyebar di 30 negara.

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih beberapa waktu lalu mengatakan bahwa mutasi ini lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya. Mutasi ini dikhawatirkan memiliki kemampuan untuk mengelabui antibodi, sehingga sulit dikenali.

"Varian N439K ini ternyata lebih 'smart' dari varian sebelumnya, karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," jelas Daeng saat itu.
 

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X