COVID-19 Dinilai Makin 'Jinak', Ahli Sebut Bakal Berakhir Seperti Ini

- Sabtu, 19 Februari 2022 | 19:25 WIB
Ilustrasi mobilitas di masa pandemi (Unsplash/CihatDeniz)
Ilustrasi mobilitas di masa pandemi (Unsplash/CihatDeniz)

Sejak kemunculannya, virus corona (Coronavirus Disease-2019/COVID-19) telah menjadi ancaman yang mengkhawatirkan warga dunia. Infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan ini makin hari makin berkembang dan memunculkan banyak varian.

Meski begitu baru-baru ini, CEO Moderna Stéphane Bancel membawa kabar baik soal pandemi COVID-19. Dia menilai COVID-19 kini relatif lebih 'jinak'.

Baca juga: Waspada! Gangguan Kecemasan Akibat Omicron Jauh Lebih Cepat Menular daripada Virusnya

Bahkan, menurutnya ada kemungkinan besar virus ini berakhir seperti flu, tetap menyebar di masyarakat tetapi tak memicu gejala parah.

"Saya pikir itu adalah skenario atau prediksi yang masuk akal. Cara saya memikirkannya, ada kemungkinan 80 persen ketika Omicron berevolusi atau virus SARS-CoV-2 berevolusi, kita akan melihat semakin sedikit virus yang mematikan,” ujarnya kepada CNBC yang dikutip Indozone, Sabtu (19/2/2022). 

Meski begitu, Bancel menyebut 20 persen sisanya adalah risiko virus Corona berubah menjadi lebih ganas. Artinya, belum ada kepastian dari prediksi tersebut.

Oleh sebab itu, ia mengingatkan masyarakat bakal kembali membutuhkan tambahan vaksin COVID-19 booster di musim gugur mendatang. Hal ini dikarenakan booster pertama dinilai tak bakal memperkuat proteksi tubuh seseorang begitu lama.

Perkiraannya, antibodi pasca vaksinasi booster hanya bakal bertahan selama empat bulan. Sehingga sangat mengkhawatirkan kelompok rentan seperti lansia dan riwayat komorbid lainnya.

Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus tetap mewanti-wanti pelonggaran pembatasan COVID-19 di tengah anggapan Omicron memicu gejala lebih ringan.

"Di beberapa negara, cakupan vaksin yang tinggi, dikombinasikan dengan tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah, mendorong narasi palsu bahwa pandemi telah berakhir," kata Tedros.

Dia menjelaskan, anggapan tersebut berpotensi memunculkan varian baru yang lebih ganas. 

"Pada saat yang sama, cakupan vaksin yang rendah dan tingkat pengujian yang rendah di negara lain menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X