Kasus Diabetes pada Anak Meningkat Signifikan di Semarang, Capai 377 Orang

- Sabtu, 11 Februari 2023 | 05:12 WIB
Ilustrasi anak terkena diabetes (Freepik/kwanchaichaiudom)
Ilustrasi anak terkena diabetes (Freepik/kwanchaichaiudom)

Kasus diabetes melitus (DM) di wilayah Semarang mengalami peningkatan cukup siginifikan. Hal itu diungkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr Abdul Hakam.

Berdasarkan data Dinkes, temuan DM pada anak tahun 2022 tercatat sebanyak 377 kasus atau meningkat dibandingkan temuan pada 2021 sebanyak 269 kasus.

Dikutip dari ANTARA, dr Abdul mengatakan bahwa DM terbagi menjadi tipe 1 dan 2. Jumlah yang tercantum di atas adalah gabungan dari kesemua tipe.

Baca juga: 3 Kebiasaan Orangtua Ini Bisu Picu Anak Kena Diabetes, Jarang Disadari tapi Bahaya!

Secara rinci, temuan DM pada anak tahun 2021 terdiri atas 27 kasus DM tergantung insulin dan 242 kasus DM yang tidak tergantung dengan insulin.

Tahun 2022, DM yang tergantung insulin sebanyak 33 kasus, sedangkan yang tidak tergantung insulin sebanyak 344 kasus.

-
Ilustrasi tes diabetes (Freepik/xb100)

Lebih lanjut dr Abdul mengatakan, DM tipe 1 menyarang anak-anak dengan autoimun sejak lahir mengakibatkan kelainan di pankreas, padahal pankreas memproduksi insulin.

"Kalau insulinnya tidak bisa terproduksi pasti gula darahnya tinggi. Karena itu, membutuhkan insulin supaya kadar gula darah atau dari makanan yang dikonsumsi menjadi glukosa. Glukosa dibutuhkan sel bagi penderita DM untuk tenaganya," kata dr Abdul.

Baca juga: Hati-hati! Ternyata Gula Aren dan Jus Buah Kemasan Sama-sama Bisa Picu Munculnya Diabetes

Dia menambahkan, lantaran pankreas mengalami gangguan atau kerusakan yang membuat tidak bisa memproduksi insulin, maka dibutuhkan dibutuhkan insulin dari luar yang dimasukkan dengan cara disuntik.

"Makanya, jangan heran ada anak kecil sudah harus nyuntik insulin sebelum makan. Karena (insulin, red.) itu dibutuhkan supaya ketika dia makan jadi glukosa dan itu masuk ke dalam sel-sel dalam tubuhnya," bebernya.

Sementara untuk DM tipe 2 kata dr Abdul, awalnya banyak ditemukan pada orang dengan usia 60 tahun ke atas. Namun belakangan, kasus tersebut juga ditemukan pada usia muda.

"Semakin ke sini, angka usia (penderita DM tipe 2) tambah maju. Karena pola hidup, pola makan tidak dilakukan secara sehat. Penginnya 'mager' (malas gerak), makan enak," tandasnya.

Apalagi kata dr Abdul, layanan kuliner sekarang ini sudah sedemikian maju yang memungkinkan cukup memesan makanan lewat daring, tanpa perlu ke gerai penjualnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X