Prostitusi kembali menjadi perbincangan setelah selebritas Cassandra Angelie ditangkap polisi terkait kasus prostitusi online. Pemeran sinetron Ikatan Cinta tersebut mengaku terjebak di dunia prostitusi karena terlilit masalah ekonomi.
Namun bagaimanakah prostitusi jika dilihat dari segi kejiwaan seseorang? Apakah prostitusi merupakan salah satu gejala gangguan mental?
Faktanya, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) sudah memasukkan kecanduan seksual sebagai salah satu gangguan mental. WHO menyebut seseorang yang memiliki kecenderungan untuk senantiasa memperoleh kepuasan seks kemungkinan mengalami gangguan mental.
Namun mengutip dari laman KlikDokter, dr. Atika menyebut prostitusi tidak selalu menandakan bahwa seseorang mengalami gangguan mental.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Infeksi Saluran Kemih yang Sempat Diderita Anak Arie Untung
Ia menuturkan ada begitu banyak faktor yang menyebabkan seseorang nekat terjun ke dunia prostitusi. Sehingga tidak bisa serta merta menyebut pelaku prostitusi sebagai pengidap gangguan mental.
Namun menurutnya, prostitusi bisa dianggap sebagai gangguan mental jika orang tersebut, baik pengguna jasa maupun pekerja sek, sudah mengalami kondisi hiperseks. Gangguan semacam ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis seseorang.
Rentan terkena gangguan mental
Meski tidak bisa langsung dicap mengidap gangguan mental, dr Atika tidak menyangkal bahwa pekerja seks sangat dekat dengan masalah psikologis. Masalah kejiwaan itu muncul akibat stigma sosial, risiko hukum dan kesehatan.
Selain itu para peneliti setuju bahwa pekerja seks sangat beresiko. Mereka kerap mendapat kekerasan di luar konteks pekerjaan seks yang mereka jalani.
Sementra itu, psikolog Klinis Forensik, A Kasandra Putranto juga turut memberikan tanggapannya terkait kasus prostitusi yang menimpa artis CA. Ia menyebut CA dan mereka yang terlibat bisnis haram ini sangat membutuhkan pendampingan dari psikolog.
“Prostitusi dikenal sebagai profesi paling tua di dunia, namun dengan perkembangan zaman prostitusi melibatkan berbagai faktor lain, tidak semata-mata faktor ekonomi. Karena itu penanganan psikologis dan pendampingan selama proses hukum mutlak diperlukan terutama untuk mengatasi beban trauma, yang umumnya akan berlanjut untuk waktu yang lama,” ungkapnya di akun Instagram pribadinya.
