Ini Alasan Pasien Hipertensi Harus Minum 2 Obat

- Senin, 24 Februari 2020 | 19:50 WIB
dr Erwinanto SpJP (K), FIHA, Anggota Perhimpunan Hipertensi Indonesia (INDOZONE/Maria Adeline Tiara Putri)
dr Erwinanto SpJP (K), FIHA, Anggota Perhimpunan Hipertensi Indonesia (INDOZONE/Maria Adeline Tiara Putri)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia yakni mencapai 34,1 persen. Hipertensi merupakan faktor risiko penyebab penyakit jantung, stroke, diabetes, ginjal, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Oleh karenanya, penyakit ini perlu dikontrol.

Menurut dr Erwinanto SpJP (K), FIHA, hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Penyakit ini berbeda dengan influenza yang apabila pasien minum obat bisa sembuh.

Pasien hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidupnya untuk mengontrol tekanan darah. Salah satu obat yang biasa dikonsumsi pasien hipertensi adalah nebivolol.

"Nebivolol merupakan obat betablocker generasi ketiga yang melebarkan pembuluh darah," ujar dr Erwinanto dalam media diskusi pemaparan hasil studi BENEFIT yang diadakan oleh Menarini Indonesia, di Jakarta, Senin (24/2/2020).

Berdasarkan hasil studi BENEFIT yang dilakukan oleh tim peneliti Hanyang University Seoul Hospital, nebivolol merupakan obat antihipertensi yang efektif mengontrol tekanan darah terlepas dari usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh awal pasien.

Efektivitas nebivolol terlihat pada pasien baru juga pada pasien rawat inap yang sebelumnya telah mengonsumsi obat antihipertensi. Dengan kata lain, obat ini berfungsi sebagai obat tambahan bagi pasien hipertensi.

Sementara itu, pasien hipertensi umumnya mengonsumsi minimal dua jenis obat. Dijelaskan oleh dr. Erwinanto, jumlah itu berkaitan dengan efektivitas penurunan tekanan darah.

"Penelitian menunjukkan kalau satu obat itu enggak efektif menurunkan tekanan darah ke target. Maka digunakan dua obat," ujar dr Erwinanto.

Namun tidak menutup kemungkinan jenis obat yang dikonsumsi pasien akan bertambah apabila dalam rentang waktu 4-6 minggu dua obat tidak efektif menurunkan tekanan darah.

"Jenis obat hipertensi itu ada 5. Tapi urut-urutannya yang berbeda, tergantung kondisi pasien," kata dr Erwinanto.

Dirinya mencontohkan, pada pasien jantung obat betablocker untuk menurunkan hipertensi menjadi urutan pertama ditambah dengan obat lain. Sedangkan kalau tidak ada penyakit jantung, urutannya bisa berbeda. Selain itu, kedua jenis obat juga biasanya dijadikan satu kemasan untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat.

"Kalau minum 2 obat, kepatuhan pasien rendah. Maka dijadikan satu kemasan. Jadi misalnya obat A dicampur dengan obat betablocker dalam satu pil, tapi bukan berarti ukurannya menjadi lebih besar," pungkas dr Erwinanto.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X