Orangtua Wajib Dampingi Anak Autisme saat Akses Gawai

- Jumat, 16 April 2021 | 09:56 WIB
Ilustrasi penggunaan gawai. (Pexels/Ketut Subiyanto)
Ilustrasi penggunaan gawai. (Pexels/Ketut Subiyanto)

Saat ini berbagai informasi sangat mudah disebar dan dilihat di internet. Namun untuk penggunaan gawai pada anak yang mengalami Autism Spectrum Disorders (ASD), orangtua wajib mendampingi.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta dan dokter spesialis anak Rini Sekartini mengatakan penggunaan gawai dan tontonan di televisi untuk anak yang mengalami autisme di bawah 24 bulan sangat tidak disarankan. Menurutnya, penggunaan gawai sejak dini bisa menjadi pemuci risiko keterlambatan bicara.

“Penggunaan gawai sejak dini ini menjadi pemicu risiko keterlambatan bicara. Sayangnya orang tua kini banyak sekali yang memberikan gawai sejak usia bayi. Rekomendasinya sampai usia anak mencapai 2 tahun tidak boleh menggunakan gawai dalam bentuk apa pun,” kata Rini dikutip dari Antara, Jumat (16/4/2021).

Penggunaan gawai dan menonton tayangan di televisi disebut Rini diperbolehkan setelah anak sudah memahami sosialisasi di usia dua tahun. Itu pun dengan catatan orangtua harus mendampingi.

Ini harus dilakukan untuk memastikan selalu ada interaksi dua arah saat mengakses gawai atau menonton televisi, sehingga anak yang mengalami autisme dapat terstimulus dengan baik untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan tidak terpaku pada gawai atau pun televisi.

“Gawai ini diperbolehkan dengan adanya pendampingan untuk interaksi, karena anak- anak dengan ASD itu membutuhkan interaksi dua arah,” kata Rini.

Berdasarkan data Center for Disease Control and Prevention (CDC) kasus autisme mengalami peningkatan peluang mengikuti pertambahan waktu. Baik faktor internal seperti genetik dan eksternal seperti lingkungan dapat berpengaruh menyebabkan terjadinya autisme pada anak khususnya dalam pengembangan sel- sel otak ditahap awal.

Kasus autisme dapat diketahui secara jelas saat anak berusia 2 tahun dengan ciri kurangnya bahasa yang digunakan saat berkomunikasi hingga kegiatan yang dilakukan berulang oleh anak terbatas.

BACA JUGA: Pasien Covid-19 Ringan dan OTG Boleh Puasa, Asal...

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), individu yang memiliki ASD mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik dan hanya memiliki sedikit minat dan ketertarikan pada kegiatan atau pun aktivitas yang bersifat rutin. Untuk itu anak dengan ASD harus menjalani serangkaian terapi agar bisa memahami bentuk sosialisasi yang terjadi di masyarakat.

Dokter Rini menyarankan orangtua harus berperan aktif selama anak menjalani rangkaian terapi di antaranya seperti terapi sensori integrasi, terapi perilaku, hingga terapi bicara dan okupasi.

“Terapi ini tetap harus didukung keluarga untuk dilatih di rumah setiap hari. Tugas keluarga membantu anak untuk dapat mandiri dan bersosialisasi dengan teman sebaya,” pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X