Tak Seperti COVID-19, Ilmuwan Sebut Cacar Monyet Termasuk Virus DNA dan Jarang Bermutasi

- Jumat, 17 Juni 2022 | 16:35 WIB
Ilustrasi virus cacar monyet (Unsplash/Vertigo3d)
Ilustrasi virus cacar monyet (Unsplash/Vertigo3d)

Cacar monyet yang sedang merebak di Afrika, Eropa, dan Australia memiliki struktur genetika yang berbeda dengan virus COVID-19.

Hal ini menyebabkan virus monkeypox yang menjadi penyebab penyakit ini sangat jarang bermutasi. 

“Berbeda dengan virus corona penyebab COVID-19, monkeypox merupakan jenis virus DNA, sementara SARS-CoV-2 adalah virus RNA,” bunyi laporan The Conversation beberapa waktu lalu.

Ilmuwan menjelaskan virus RNA membuat lebih banyak kesalahan dalam kode genetiknya saat bereplikasi, sehingga lebih banyak mutasi terjadi. Namun, ini tidak terjadi pada virus DNA.

Virus DNA seperti monkeypox lebih stabil. Mereka mampu mempertahankan genom sehingga varian dari virus akan sangat jarang terjadi.

Baca juga: Kabar Baik! WHO Yakin Cacar Monyet Bisa Dikendalikan: Tak Ada Bukti Virusnya Bermutasi

Namun, bukan berarti virus DNA tidak dapat berubah sama sekali, tetapi kemungkinan perubahannya jauh lebih kecil dibanding virus RNA.

“Sebenarnya sulit untuk mengetahui gejala sebuah infeksi virus bila hanya menginfeksi beberapa setiap tahunnya. Tetapi dengan meningkatnya kasus saat ini, ilmuwan melihat apa disebut 'presentasi atipikal' dari virus,” sambung laporannya.

Hal ini berarti benjolan berisi nanah atau cairan (pustula) yang muncul pada orang terinfeksi cacar monyet tidak menutupi seluruh tubuh seperti biasanya.

Sebaliknya, kini pustula hanya tumbuh di area yang terkena kontak dengan penderita saja.
 
Ilmuwan menduga hal itu disebabkan oleh galur cacar monyet (dari Afrika Barat) yang saat ini beredar di negara non endemik hanya menyebabkan infeksi sangat ringan daripada dari Afrika Tengah.
 
 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X