Bosan dengan sate ayam maupun sate kambing yang begitu-gitu saja, berarti kamu harus mencicipi sate lalat. Jangan salah sangka, sate ini bukan terbuat dari lalat. Namun, hanya sebutannya saja. Karena ukuran satenya yang kecil seperti lalat.
Kuliner sate lalat sangat mudah ditemui di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Salah satu penjual sate yang terkenal adalah Hodri dan istrinya. Tempat tinggalnya di Desa Wringin Anom, Kecamatan Panarukan. Desa ini terkenal juga dengan kampung sate lalat.
"Ada 50 orang yang berprofesi sebagai tukang sate. Mulai dari membuat tusuk sate. Mengiris daging, hingga menjual daging ayam. Semua tetangga di rumah saya ini," bebernya.
Hodri, pewaris keturunan ketiga penjual sate ini mengaku, setiap harinya minimal menjual 3.000 tusuk sate. Mulai di halaman rumahnya, maupun di sejumlah warung yang berada di pinggir jalan.
"Jika hari biasa, minimal saya sediakan 3.000 tusuk. Tapi, jika hari libur atau akhir pekan bisa tujuh hingga sepiluh ribu tusuk sate bisa ludes terjual," beber pria 54 tahun ini.
Diakuinya, sebutan sate lalat karena ukurannya yang kecil. Satu tusuk sate hanya membutuhkan dua hingga tiga potong daging ayam berbentuk dadu. Kemudian diiris kecil. Meski ukurannya seperti lalat, kuliner ini memiliki rasa yang khas.
"Dipadukan dengan bumbu kacang dan kecap. Rasanya gurih. Beda dengan sate biasanya," jelas Hodri.
Harga satu porsinya relatif lebih murah. Dengan merogoh kocek Rp10 ribu saja, kamu sudah bisa mendapatkan seporsi sate lalat berisi 15 tusuk.
Untuk mencari sate lalat di Kabupaten Situbondo tidak sulit. Selain tersedia di kampung sate lalat, banyak pedagang yang menjual kuliner sate lalat di jalur pantura Situbondo. Mulai dari jam 15.00 WIB hingga tengah malam.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.