Es selendang mayang merupakan salah satu kuliner khas Betawi yang mulai langka dan sulit dijumpai. Es selendang mayang begitu populer di kalangan warga Jakarta dan sekitarnya.
Es selendang mayang memiliki warna yang cukup mencolok dan bentuk isinya mirip dengan puding atau kue lapis yang terbuat dari tepung sagu aren. Lalu, untuk rasa gurihnya sendiri di dapat dari kuah santan. Namun, selendang mayang kini dianggap sebagai minuman kuno.
Selendang mayang sendiri biasanya disajikan di acara-acara tertentu seperti saat Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Selain itu, selendang mayang juga biasa dijadikan menu takjil.
Penjual es selendang mayang biasanya membawa dagangan mereka dengan cara dipikul dan dibawa keliling di sekitar pemukiman penduduk. Sesekali mereka juga mangkal di suatu tempat. Namun, kini pedagang es selendang mayang sudah sangat jarang ditemui.
Tak heran bila es selendang mayang ramai diburu ketika disajikan di sebuah acara.
Asal-usul nama selendang mayang
Dikutip dari senibudayabetawi.com, nama selendang mayang muncul karena tiap lapisan terdiri dari beberapa warna. Laksana selendang penari yang terdiri atas merah, putih dan hijau warna-warni selendang mayang.
Dikutip dari laman Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, warna-warna tersebut merupakan warna khas dari masyarakat Betawi yang di dalamnnya terdapat beragam warna kebudayaan negara lain.
Warna merah berhubungan dengan Tiongkok, warna kuning menandakan khas melayu dan hijau yang selalu dikaitkan dengan identitas Arab.
Sementara itu, mayang artinya adalah kenyal dan manis. Resep pengolahan selendang mayang ini sendiri sudah turun temurun dari nenek moyang sekitar tahun 1940-an.
