Tahun Baru Islam 1 Muharram lekat dengan sajian kuliner khas yang berbeda dari setiap daerah di Indonesia. Untuk masyarakat Semarang, Jawa Tengah, biasanya mereka akan menyajikan tumpeng dengan beragam lauk pauk.
Nantinya tumpeng akan disantap masyarakat bersama-sama dalam balutan tradisi "Kembul Bujana" atau tradisi menyantap tumpeng secara bersama-sama.
Masyarakat Banyuwangi juga menyajikan tumpeng dalam ritual "Gerebeg Tumpeng Agung" setiap tiga tahun sekali di bulan Suro atau Muharram dan pada tanggal 20 Suro.
Tumpeng Agung ini terdiri atas lima jenis, yaitu dua tumpeng nasi gunungan yang terdiri dari nasi kuning dan nasi putih, satu tumpeng berisi palawija, satu tumpeng berisi jajan pasar, dan tumpeng berisi buah-buahan. Tumpeng kemudian akan diarak keliling kampung.
Masyarakat di Jawa juga biasanya menyajikan kue apem pada 1 Muharram. Kue ini terbuat dari tepung beras, santan dan gula jawa. Namun, masyarakat Gorontalo menyajikan kue apangi atau apem pada tanggal 10 Muharram. Bahan dasar kue ini tepung beras dan gula merah.
Gula merah melambangkan darah, keberanian atau pengorbanan sementara kue apem berwarna putih sebagai simbol kesucian. Kuliner lain yang identik dengan 1 Muharram adalah bubur Suro atau Asyuro. Bubur ini biasanya disajikan masyarakat di Jawa pada malam menjelang 1 Muharram.
Di Jawa, bubur ini dilengkapi kuah opor ayam dan sambal goreng labu siam. Ada juga yang menambahkan taburan tujuh jenis kacang, bulir-bulir jeruk bali atau delima, irisan ketimun dan lembaran daun bawang.
Untuk masyarakat Ki Gede Ing Suro Kota Palembang, Sumatera Selatan, menyajikan bubur itu pada 10 Muharram dan menjelang Ramadhan.
Bubur suro itu ditambah berbagai rempah yang menjadi bumbu utama dalam proses pembuatannya seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop dan minyak makan.
