Industri kuliner di Indonesia terus menunjukkan kiprahnya. Ada banyak variasi makanan mulai dari cemilan sampai makanan utama. Para pebisnis pun sempat dibuat pusing karena tren makanan di Indonesia berubah begitu cepat. Apalagi banyak menu makanan yang lebih mementingkan estetika ketimbang rasa.
Menu ayam geprek merupakan salah satu makanan tradisional yang kini mengalami banyak perubahan. Baik dari segi tampilan maupun kombinasi bahan yang digunakan. Pada mulanya, ayam geprek hanyalah makanan sehari-hari yang biasanya dikonsumsi oleh kalangan mahasiswa sampai menengah bawah.
Satu porsi ayam geprek terdiri dari potongan ayam goreng tepung, sambal, lalapan dan nasi. Menu ayam geprek dianggap sebagai menu yang cukup sempurna. Karena terdapat karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Seiring berjalannya waktu, ayam geprek bertransformasi menjadi makanan kekinian yang dicari-cari. Hampir di setiap sudut kota, mudah sekali bagi kita menjumpai warung yang menjual sajian ayam geprek.
Bahkan, menu ayam geprek kini mulai dikombinasikan dengan bahan makanan budaya barat yakni keju. Seporsi ayam geprek yang sudah diberi sambal akan ditambahkan keju mozzarella, keju cheddar sampai parmesan, kemudian di torch untuk melelehkan keju dan sensasi bakaran.
Berkat variasi inilah akhirnya, menu ayam geprek dikatakan 'naik kelas'. Tak lagi jadi makanan kalangan menengah bawah, ayam geprek justru kini menjadi salah satu menu makanan yang kerap dijumpai di restoran maupun hotel berbintang.
Bahkan, popularitas ayam geprek juga menguasai menu di aplikasi berbasis online. Begitu banyak mitra-mitra di aplikasi online yang menjual sajian ayam geprek dengan variasi sambal dan topping.
"Bisa dikatakan menu ayam geprek jadi yang paling laris. Peningkatan ini jelas terlihat dari kedua pihak pertama mitra kami dan kedua konsumen. Makanya nggak heran kalau pertumbuhan dan perkembangan usaha kuliner ayam geprek terus mengalami peningkatan," pungkas Catherine Hindra Sutjahyo, Chief Food Officer Gojek saat dihubungi Indozone, Jumat (12/6/2020).
