Biasanya di bulan Ramadan, makam Habib Hasan Al Hadad atau Mbah Priok adalah salah satu objek wisata religi yang banyak diziarahi. Bahkan, ada juga peziarah yang berasal dari kalangan non-muslim.
"Persentase yang berziarah kira-kira bisa 60 (muslim) berbanding 40 (non-muslim). Saya sendiri pernah menjamu tamu seorang biarawati," ujar Ketua Bidang Keagamaan Yayasan Maqom Keramat Syech Sayyid Mbah Priok, Mustafa Kamal, dikutip dari Antara, Jumat (23/4/2021).
Menurut Mustafa perbedaan kepercayaan dikesampingkan saat menyambut peziarah, karena tujuannya sama yaitu mendapatkan rida Allah.
Cara ibadah tidak menjadi penghalang untuk berziarah atau bermunajat di Makam Mbah Priok. Mustafa mengatakan boleh saja berdoa sesuai ajaran agama masing-masing.
"Saya bilang, boleh, kan bermunajat kepada Tuhan-nya. Kalau begitu kan soal keyakinan, soal persepsi masing-masing. Maka semua yang bermunajat tujuannya sama, kita beragama tujuannya satu, yakni menggapai ridha Allah," kata Mustafa.
Hanya satu syarat yang harus dipenuhi peziarah, yaitu berpakaian sopan dan menutup aurat.
Untuk saat ini, kegiatan ziarah masih dibatasi karena masih dalam pandemi Covid-19. Acara yang berpotensi menghadirkan kerumunan sementara ditiadakan.
"Kami kira harus patuh dengan imbauan pemimpin untuk tidak dulu menggelar kegiatan yang menimbulkan kerumunan selama pandemi COVID-19," kata Nanang.
Pembatasan ini berdampak pada berkurangnya peziarah di makam Mbah Priok pada bulan Ramadhan 1442 Hijriah tahun ini,
"Untuk bulan Ramadhan ini sepi, sepi dalam artian bukannya nggak ada, tapi bisa dihitung, beda seperti bulan Sya'ban, Maulid Nabi sama bulan Syawal, bulan-bulan itu pasti ramai dikunjungi peziarah," kata Mustafa.
Di kalangan masyarakat, makam Habib Hasan atau Mbah Priok dianggap keramat di pesisir utara. Konon katanya ada sinar yang memancar dari makam hingga ke langit.
"Itu orang luar negeri yang bicara bukan kami," kata Mustafa.
