Tercatat pada 25 Februari 1945, sudah 77 tahun Turki pernah menyatakan perang terhadap Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II.
Deklarasi perang tersebut secara resmi membawa Turki masuk ke dalam konflik, meski sebelumnya sempat menjadi negara yang netral pada Perang Dunia Kedua.
Sejarah antara Jerman dan Turki berawal dari Kekaisaran Ottoman, yang memuncak dalam pembentukan banyak ikatan kuat yang mencakup hubungan ekonomi, militer, sosial dan budaya.
Dengan kemungkinan aksesi Turki ke Uni Eropa, di mana Jerman adalah anggota terbesar, hubungan ini menjadi lebih intens dan berkembang selama beberapa dekade.
Selama Perang Dunia Kedua, Turki mempertahankan hubungan diplomatik dengan Jerman hingga Agustus 1944.
Pakta non-agresi ditandatangani pada 18 Juni 1941 dan pada Oktober, Perjanjian Clodius tercapai, di mana Turki akan mengekspor hingga 45.000 ton bijih kromit ke Jerman pada tahun 1941-1942.
Kemudian perjanjian itu juga membuat 90.000 ton mineral pada masing-masing di tahun 1943 dan 1944, bergantung pada pasokan peralatan militer Jerman ke Turki.
Namun, pada Agustus 1944, Tentara Soviet memasuki Bulgaria dan memutuskan kontak darat antara Turki dan Blok Poros.
Turki segera memutuskan hubungan diplomatik dan komersialnya dengan Jerman, dan pada 25 Februari 1945, menyatakan perang pada negara tersebut.
Padahal, Turki dan Jerman pernah melakukan Perjanjian Persahabatan. Itu adalah pakta non-agresi yang ditandatangani antara Nazi Jerman dan Turki pada 19 Juni 1941 di Ankara.
Perjanjian itu ditandatangi oleh Menteri Luar Negeri Jerman untuk Turki Franz von Papen dan Menteri Luar Negeri Turki Sükrü Saraco.
Pakta tersebut menetapkan bahwa itu akan berlangsung selama sepuluh tahun, tetapi Turki memutuskan hubungan diplomatik dan komersialnya dengan Jerman pada Agustus 1944, setelah Tentara Soviet menginvasi Bulgaria.
Kemudian, ada 23 Februari 1945 Turki menyatakan perang terhadap Nazi Jerman. Pakta tersebut dibubarkan pada 24 Oktober 1945, setelah jatuhnya Reich Ketiga, ketika Turki bergabung dengan PBB.
