Patah hati adalah sebuah kondisi yang tak bisa dihindari di dalam hidup ini. Banyak hal yang menjadi penyebab patah hati misalnya perpisahan, perceraian, pengkhianatan, penolakan atau kematian orang yang dicintai.
Semua hal tersebut akan menyebabkan lonjakan hormon stres akibat patah hati.
Ya, sindrom patah hati atau takotsuba merupakan kondisi medis dimana pasien mengalami rasa sakit dan sesak nafas mirip seperti serangan jantung.
Sindrom ini terjadi saat seseorang mengalami tekanan emosional dari rasa patah hati.
Dilansir dari Factsite, saat seseorang mengalami sindrom patah hati, bagian jantung akan membesar sementara dan juga tidak memompa.
Bagian jantung lainnya akan mempertahankan fungsinya, atau mengalami kontraksi yang lebih kuat.
Karena kemiripannya, sindrom ini dapat salah didiagnosis sebagai serangan jantung.
Seseorang dengan sindrom patah hati akan mengalami nyeri tiba-tiba di dada dan sesak napas.
Wanita Berisiko Tinggi Terkena Sindrom Patah Hati
Secara umum, wanita berisiko lebih tinggi mengalami sindrom patah hati. Terlebih lagi, wanita pasca menopause adalah kelompok terbesar yang dapat terkena takotsubo.
Lebih dari 90% kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita berusia antara 58 dan 75 tahun.
Stres menjadi pembunuh yang paling ampuh saat seseorang merasa kehilangan. Stres dapat menyebabkan peningkatan detak jantung, tekanan darah tinggi, memberikan lebih banyak tekanan pada jantung, dan merusak sistem kekebalan tubuh seseorang.
Penelitian juga telah menunjukkan bahwa dalam satu bulan pertama setelah orang yang dicintai meninggal, risiko kematian pasangan juga meningkat secara signifikan.
Ya, jangan anggap enteng sindrom patah hati. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian jika dalam kondisi ekstrem tubuh mengalami syok kardiogenik, yaitu ketika jantung sangat lemah sehingga tak dapat memompa cukup darah yang dibutuhkan tubuh.
