Di pedalaman Gorontalo ada suatu suku yang gemar menikahi saudara kandung. Mereka melakukan pernikahan sedarah sebagai budaya yang dilestarikan sampai hari ini.
Di rangkum dari berbagai sumber, suku itu bernama Suku Polahi yang merupakan suku terasing yang tinggal di hutan pedalaman Gorontalo.
Masyarakat suku ini merupakan orang-orang yang bersembunyi ketika zaman penjajahan Belanda. Mereka mengasingkan diri ke hutan agar terhindar dari kolonialisme Belanda.
Sampai saat ini peradaban mereka masih sangat terpencil. Mereka hidup terasing dan jauh dari pembaharuan zaman.
Baca juga: Profil Sutanto Eks Kapolri yang Tumpas Judi, Bedanya Konsorsium 303 'Kerajaan Sambo'
Namun mereka telah mengenal sosok Tuhan. Ada tiga Tuhan yang mereka yakini, Pulohuta yang digambarkan memiliki kuasa atas tanah.
Lati, sosok yang menghuni pohon-pohon besar dan air terjun serta Lausala yang dipercayai memiliki mata merah, membawa pedang yang menyala dan bisa berpindah tempat dengan cepat.
Adapun dalam pengetahuan, suku Polahi sangat minim. Karena itu mereka melakukan perkawinan sedarah.
Tradisi ini mereka lakukan karena tidak memiliki pilihan lain selain mengawini saudara atau pun anaknya sendiri. Mereka menganggap perkawinan sedarah merupakan sesuatu yang wajar.
Padahal dari sudut pandang agama dan medis, perkawinan sedarah dilarang karena berdampak buruk pada keturunan. Anak yang dihasilkan dari perkawinan sedarah berpotensi mengalami kelainan fisik dan mental.
Namun anehnya, hal itu tidak terjadi pada Suku Polahi. Anak yang dari perkawinan sedarah lahir dalam keadaan normal, tidak cacat. Mereka juga tumbuh dan berkembang tanpa gangguan mental.
