Puncak Hujan Meteor Perseid, Diprediksi Bakal Terjadi 13-14 Agustus di Langit Indonesia!

- Kamis, 11 Agustus 2022 | 09:48 WIB
Ilustrasi hujan meteor (Instagram/alynwallace)
Ilustrasi hujan meteor (Instagram/alynwallace)

Puncak hujan meteor perseid diprediksi bakal terjadi di Indonesia pada tanggal 13-14 Agustus 2022 dengan intensitas maksimum 100 meteor per jam. Fenomena langit ini merupakan hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus.
 
Perseid sendiri bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor pada hujan meteor Perseid ini dapat mencapai 212.400 kilometer per jam.

Baca juga: FOTO: Keindahan Hujan Meteor Perseid

Menariknya, kita bisa menyaksikan meteor dengan kecepatan 212.400 kilometer per jam ini di seluruh wilayah Indonesia tepatnya pada pukul 23.00 WIB dan pukul 01.00 WITA.

"Hujan meteor Perseid dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, pada pukul 11 malam di Sabang (atau yang selintang) dan 1 malam di Pulau Rote (atau yang selintang) hingga 25 menit sebelum Matahari terbit," ujar Andi Pangerang, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di akun Instagram Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Selasa (9/8).

Hujan meteor ini juga akan terjadi dengan ketinggian maksimum titik radiant di Indonesia yang bervariasi antara 20,9 derajat untuk Pulau Rote hingga 37,89 derajat untuk wilayah Sabang.

Asyiknya lagi, kita tidak perlu alat khusus untuk menyaksikan fenomena ini selama cuaca di kota cerah dan terbebas dari polusi cahaya.

Jika cahaya terlalu terang benderang seperti di Ibu Kota, maka jangan harap bisa melihatnya secara sempurna atau jatuhnya malah tak melihatnya sama sekali jika tanpa bantuan alat khusus.

"Pastikan cuaca saat pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya. Hal ini karena tutupan awan dan skala Bortle (skala kecerlangan langit malam) berbanding terbalik dengan intensitas meteor. Semakin besar tutupan awan dan skala Bartle semakin berkurang Intensitas meteornya," sambung Andi Pangerang.

Sementara itu, dikutip dari laman Space, Perseid disebabkan oleh Bumi yang melewati puing serpihan es dan batu yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle. Komet tersebut terakhir melintas di dekat Bumi pada tahun 1992.

Komet Swift-Tuttle ditemukan oleh dua astronom, Lewis Swift dan Horace Tuttle pada 1862. Benda langit ini diketahui sebagai objek terbesar yang berulang kali melewati Bumi, lebar pusatnya sekitar 16 mil atau 26 kilometer. 
Swift-Tuttle juga akan kembali melewati dekat Bumi pada 2126.

Di sisi lain, sebetulnya Perseid terlihat sangat cerah. Namun, karena cahaya bulan maka tampilannya bisa terlihat kurang jelas. Tahun ini, tampilan Perseid pun akan terpengaruh oleh bulan purnama di langit.

Sebagian besar Perseid juga berukuran kecil, sekitar seukuran butiran pasir. Pecahan-pecahannya juga nyaris tidak ada yang menjangkau tanah.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Alyn Wallace (@alynwallace)

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X