Studi: Kebisingan Manusia Sembunyikan Alarm untuk Kehidupan Laut!

- Kamis, 8 April 2021 | 15:51 WIB
Ilustrasi lautan. (photo/Ilustrasi/Pexels/Lachlan Ross)
Ilustrasi lautan. (photo/Ilustrasi/Pexels/Lachlan Ross)

Sebuah studi baru menjelaskan perlunya kurangi kebisingan manusia di badan air. Menurut temuan penelitian baru, manusia telah mengubah tata suara lautan dengan menghilangkan suara-suara alam yang diandalkan oleh banyak hewan laut, dari udang hingga hiu. Suara menyebar dengan cepat dan jauh di dalam air, dan makhluk laut pakai suara untyuk berkomunikasi , bernavigasi, berburu, bersembunyi, dan kawin. 

Sejak revolusi industri, manusia telah perkenalkan hiruk-pikuk bawah air mereka sendiri dari kapal-kapal pengapalan, survei seismik yang mencari minyak dan gas, pemetaan sonar di dasar laut, konstruksi pesisir, dan ladang angin. Pemanasan global selanjutnya dapat ubah pemandangan samudera karena Arktik yang mencai membuka lebih banyak rute pengiriman dan pola angin serta curah hujan berubah. 

Sebuah tim yang dipimpin Carlos Duarte, profesor terkemuka di KAUST, mengumpullkan lebih dari 10.000 makalah dan mengekstraksi studi kuantitatif paling ketat mengenai bagaimana kebisingan memengaruhi hewan laut. Melihat hal itu, dia memberikan komentarnya.

"Penelitian ini berlangsung hampir 50 tahun, tetapi ini adalah pertama kalinya semua bukti yang tersebar dikumpulkan dan dinilai secara sistematis," katanya.

"Kami tercengang oleh kontras antara kekayaan bukti dan pengabaian masalah secara umum dalam debat ilmiah dan pembuatan kebijakan," jelasnya. 

Dari 538 makalah yang dipilih dengan cermat 90 persen ungkapkan dampak signifikan suara manusia pada mamalia laut, sementara 80% mengidentifikasi efek pada ikan dan invertebrata, seperti ubur-ubur.

"Tapi masih ada kesenjangan dalam pemahaman kami tentang dampak penyelaman burung dan penyu," jelasnya.

"Jika mereka melewatkan panggilan pulang, mereka kemungkinan besar akan mati kelaparan atau dimakan," ungkapnya. 

Polusi suara sendiri telah mendorong banyak hewan laut keluar dari wilayah alaminua, meskipun pelarian tidak selalu mungkinkan untuk spesies dengan wilayah jelajah tertentu, seperti lumba-lumba Maui yang terancam punah. Pada 2020 ketika lockdown selama pandemi COVID-19, kebisingan dari pengiriman menurun hingga 20%, dan lumba-lumba serta hiu terlihat berenang melalui saluran air yang sebelumnya berisik dan sibuk.

"Ini adalah bukti yang menjanjikan dari respons kehidupan laut yang hampir langsung terhadap relaksasi tekanan akustik," ungkapnya.

"Perkuatan hanya sepersepuluh dari perahu yang paling berisik dengan baling-baling yang lebih baik akan memiliki manfaat yang luas," tutup Duarte. 

Tetapi, ekosistem laut dan polusi suara melintasi batas-batas internasional, yang berarti bahwa solusi memerluka kesepakatan global yang mengikat untuk memulihkan ekonomi laut yang berkelanjutan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X