Hari ini, Senin (1/11/2021), seperti tahun-tahun yang telah berlalu, sejumlah masyarakat di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menggelar upacara adat Nyangku.
Nyangku sudah digelar oleh masyarakat Panjalu sejak dahulu kala, setiap kali memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi yang masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ini digelar setiap setahun sekali dan diikuti oleh ribuan warga dan wisatawan yang penasaran.
Namun, ada yang berbeda dengan Nyangku tahun ini. Jika biasanya digelar di Alun-Alun Panjalu, tahun ini, lantaran Pandemi COVID-19 di Ciamis masih berstatus PPKM level 3, Nyangku dipusatkan di Situ Nusa Gede.
Seperti apa tradisi Nyangku ini? Yuk simak informasinya di bawah ini.
1. Benda Pusaka Dicuci
Inti dari tradisi Nyangku adalah pencucian benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu Prabu Sanghyang Borosngora, yang merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan warga Panjalu, antara lain keris, pedang, dan sejata lainnya.
Dahulu kala, benda-benda pusaka itu dipakai sebagai senjata dalam penyebaran agama Islam di Tatar Galuh.
Sebelum dicuci, benda-benda pusaka itu terlebih dahulu dikeluarkan dari Museum Bumi Alit, lalu diarak oleh para keturunan raja dan beberapa warga yang terpilih, dan diseberangkan dengan perahu menuju Nusa Gede, tempat Raja Panjalu dimakamkan.
Kemudian, benda pusaka akan dicuci dengan 9 mata air. Beberapa benda pusaka biasanya dibersihkan secara simbolis.
Air bekas mencuci benda pusaka itu biasanya akan diperebutkan oleh masyarakat. Mereka akan menyiapkan botol atau wadah untuk menampung air bekas cucian benda pusaka itu. Masyarakat Panjalu percaya bahwa ada banyak manfaat dari air bekas cucian itu.
2. Penghormatan kepada Leluhur
Menurut Tatang, salah seorang masyarakat Panjalu, tradisi Nyangku ini merupakan penghormatan sesepuh kapungkur (dahulu) dengan membersihkan benda pusaka peninggalan zaman dulu.
Biasanya, sebelum membersihkan pusaka, masyarakat terlebih dahulu akan melakukan ziarah ke makam Prabu Hariang Kencana putra dari Hariang Borosngora Raja Panjalu yang dimakamkan di Situ Lengkong, Panjalu.
"Nyangku ini sebuah budaya, tradisi yang terus dijaga oleh warga Panjalu," ujar Tatang, dikutip dari Antara.
Menurut masyarakat Panjalu, Nyangku merupakan ungkapan terima kasih atas masuknya ajaran Islam ke wilayah Panjalu yang dibawa oleh seseorang bernama Sanghyang Borosngora.