Bulan Ramadhan adalah bulan dimana seluruh umat Muslim di seluruh dunia diperintahkan untuk melakukan 'shaum' atau puasa dalam Bahasa Indonesia. Namun kata puasa yang kita kenal ternyata berasal dari bahasa Sansakerta.
Mengutip situs nu.id, puasa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu upawasa seperti yang diungkapkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta M. Jadul Maula.
Menurut situs tersebut, ahli bahasa Sansekerta menyebutkan bila upawasa bermakna ritual untuk “masuk” ke 'Yang Ilahi'. Namun, kata dia, di Jawa dipakai juga istilah lokal, pasa, kemudian berkembang menjadi puasa yang bukan dari bahasa Sanskerta.
'Pasa' artinya kekangan, mengekang, menahan sesuatu dari. Jadi, tradisi puasa sudah dikenal oleh agama-agama terdahulu, bahkan sebelum Hindu-Budha.
Makna-makna puasa tersebut,lanjutnya, selaras dengan makna shaum atau shiyam di dalam ajaran Islam, yang berarti menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Menurut Maula, jika dilihat dari akar katanya puasa pada masa pra Islam bertujuan spiritual. Karena makan, minum, serta berhubungan seksual cenderung menjauhkan atau melupakan kepada Tuhan.
“Jadi, puasa itu bukan semata gerakan pasif defensif terhadap keinginan nafsu dan syahwat, tetapi sebetulnya gerakan aktif jiwa dan ruh kita mendekat kepada Tuhan,” kata M. Jadul Maula.