Cerita Batu Parsidangan dan Istilah Orang Batak Makan Orang

- Jumat, 12 Februari 2021 | 14:40 WIB
Batu Parsidangan (Instagram/popopict)
Batu Parsidangan (Instagram/popopict)

Istilah orang batak makan orang mungkin sudah tidak asing bagi kebanyakan orang. Namun tak banyak yang mengetahui sejarah dan asal usul dari istilah tersebut.

Dilansir dari berbagai sumber, istilah kanibalisme dalam suku batak berawal dari cerita tentang Batu Parsidangan untuk menghukum orang-orang jahat yang ada di Pulau Samosir

Konon, pada zaman Raja Siallagan masih memeluk kepercayaannya, raja menerapkan hukuman yang sangat keji untuk mengadili penjahat atau pelanggar adat setempat, seperti pencuri, pembunuh, pemerkosa, atau lawan perang. 

Untuk menentukan hukuman, Raja Siallagan beserta permaisuri dan tetua adat mengadakan rapat di tengah perkampungan. 

Letaknya berada di bawah pohon suci Hariara, dimana terdapat kursi-kursi yang terbuat dari batu dan melingkari meja batu. Tempat itulah yang kini dinamai Batu Parsidangan.

Rapat tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan hukuman apa yang tepat untuk terdakwa. Apabila terbukti melanggar, terdakwa akan dihukum pancung di rangkaian Batu Parsidangan kedua. 

Rangkaian batu pertama dan kedua tidak begitu berbeda, hanya saja, terdapat batu panjang cekung tempat untuk memancung terdakwa.

Prosesi pertama, mata terdakwa akan ditutup dan tangannya diikat menggunakan kain ulos. Terdakwa kemudian direbahkan di atas batu datar yang cukup tinggi, lalu tubuhnya akan disayat-sayat untuk menguji ilmu kebal yang dimilikinya.

Hal itu berulang kali dilakukan hingga ilmu kebal dalam diri terdakwa tersebut menghilang. Kemudian dengan posisi siap untuk dipancung, hadir algojo yang harus memancungnya hanya dengan sekali tebas.

Sambil bersorak 'Horas, Horas' algojo menebas kepala terdakwa dengan pedang hingga kepalanya terelepas dari badannya.

Sementara itu, darah segar yang mengalir dari leher terdakwa ditampung dengan cawan. Kemudian badan tanpa kepala itu direbahkan kembali di atas batu untuk dipotong-potong kecil dan dipisahkan jantung, hati, serta dagingnya.

Cawan yang berisi darah segar, potongan daging, hati dan jantung itu akan diberikan kepada seluruh orang yang menonton pengadilan berdarah itu untuk dimakan.

Berdasarkan kepercayaan yang ada saat itu, apabila orang memakan daging, hati, jantung, dan darah terdakwa yang dipercaya memiliki ilmu tinggi konon orang yang memakannya akan mendapatkan ilmu yang lebih tinggi. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Putri Octapia Saragih

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X