Salah satu peristiwa yang cukup menyita perhatian dunia jelang Kemerdekaan Republik Indonesia adalah pengeboman Hisroshima dan Nagasaki di Jepang.
Persitiwa yang terjadi pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 tersebut rupanya masih menyisakan duka mendalam hingga saat ini. Selain pecahnya Perang Dunia II, banyak penduduk dunia yang menjadi korban pertumpahan darah di balik peristiwa tersebut.
Baca Juga: Rentetan Kasus Bom yang Menyasar Kantor dan Pos Kepolisian RI
Dikutip dari History, jumlah korban jiwa yang disebabkan oleh pengeboman tersebut rupanya masih menjadi teka-teki hingga saat ini. Semula diperkirakan korban jiwa yang dihasilkan berjumlah sekitar 100.000 jiwa.
Hasil perhitungan ini dilakukan dari fakta aktual yang didapatkan dari hasil pembakaran dan kremasi 40.000 mayat di Nagasaki. Namun, perhitungan ini hanya dalam bentuk mayat yang utuh saat ditemukan.
Kolonel Stafford Warren, ketua yang memimpin penghitungan korban jiwa tim proyek Manhattan, meyakini bahwa masih ada 20.000 atau 30.000 lebih korban terjebak di reruntuhan, terkubur atau dilahap habis oleh api.
Sementara untuk korban dari kota Nagasakim populasi pra-serangan tercatat sebanyak 195.000 hingga 39.000 dan 25.000 orang terluka. Perlu dicatat, Warren, tampaknya menganggap angka untuk kematian korban jiwa di Nagasaki tergolong rendah dibandingkan di Hiroshima.
Perbedaan antara hasil di Hiroshima dan Nagasaki dikaitkan dengan perbedaan ukuran populasi dan topografi. Nagasaki dianggap sebagai target yang kurang ideal dari sudut pandang seorang pembom, karena kotanya tidak terkonsentrasi seperti di Hiroshima.
