Benarkah Vitamin D Bantu Mencegah Penularan COVID-19?

- Kamis, 4 Maret 2021 | 16:03 WIB
Ilustrasi suplemen Vitamin D. (photo/Ilustrasi/Pexels/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi suplemen Vitamin D. (photo/Ilustrasi/Pexels/Pavel Danilyuk)

Untuk saat ini, belum ada cukup bukti ilmiah yang menunjukkan vitamin D bisa bermanfaat dalam mencegah atau mengobati COVID-19. Ini diungkapkan oleh para ilmuwan untuk memperingatkan risiko kesehatan akibat suplementasi dosis tinggi. 

Menyusul laporan yang belum diverifikasi bahwa vitamin D dosisi tinggai bisa mengurangi risiko akan COVID-19, para ilmuwan, termasuk dari University of Manchester di Inggris, menilai bukti ilmiah terkini berdasarkan penggunaan vitamin dalam mengobat infeksi. 

"Sampai ada bukti ilmiah yang lebih kuat untuk vitamin D, kami sangat berhati-hati terhadap penggunaan suplemen vitamin D yang tinggi," ungkap para ilmuwan dalam sebuah laporan yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Nutrition, Prevention, and Health. 

Laporan itu mengatakan bahwa vitamin D merupakan hormon yang diproduksi di kulpit selama paparan sinar matahari, dan membantu atur jumlah kalsium dan fosfat dalam tubuh. Menurut peneliti, kandungan zat mineral ini dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot. Melihat hal itu, Sue Lanham-New, penulis utama studi dari Universitas Surrey di Inggris memberikan komentarnya. 

"Tingkat vitamin D yang cukup dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan kita secara keseluruhan, terlalu sedikit dapat menyebabkan rakhitis atau perkembangan osteoporosis tetapi terlalu banyak dapat menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam darah yang bisa sangat berbahaya," ungkap Sue Lanham-New. 

Mereka memperingatkan terhadap suplementasi vitamin yang sangat berlebihan, tanpa pengawasan medis akan menimbulkan masalah risiko kesehatan. Penegasan tentang manfaat vitamin dalam mengobati virus saat ini tidak didukung oleh penelitian pada manusia yang memadai, dan didasarkan pada temuan dari penelitian yang tidak secara khusus meneliti bidang ini. 

Di sisi lain, peneliti mengatakan sebagian besar studi ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari kelompok populasi di negara berkembang, yang tidak dapa diekstrapolasi ke semua manusia. Menurut para ilmuwan, untuk saat ini tidak ada hubungan tegas antara asupan vitamin D dan ketahanan terhadap infeksi saluran pernapasan. Melihat hal itu, Carolyn Greig dari Univeritas Birmingham di Inggris memberikan komentarnya. 

"Sebagian besar vitamin D kita berasal dari paparan sinar matahari, namun bagi banyak orang, terutama mereka yang mengisolasi diri dengan akses terbatas ke sinar matahari selama pandemi saat ini, mendapatkan cukup vitamin D mungkin merupakan tantangan nyata," ungkap Carolyn Greig.

"Meskipun ada beberapa bukti bahwa vitamin D yang rendah dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan akut, saat ini tidak ada cukup bukti untuk vitamin D sebagai pengobatan untuk COVID-19 dan pemberian suplemen yang berlebihan harus dihindari karena dapat berbahaya," katanya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X