Laporan Sebuah Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati Harus Ditangani Bersama

- Senin, 14 Juni 2021 | 14:59 WIB
Perubahan iklim. (photo/Dok. REUTERS)
Perubahan iklim. (photo/Dok. REUTERS)

Hilangnya keanekaragaman hayati telah dikalahkan perubahan iklim dalam agenda global, tetapi kedua masalah tersebut terkait erat, mempunyai dampak serupa pada kesejahteraan manusia dan perlu ditangani segera bersama-sama. 

Penghancuran hutan dan ekosistem lainnya rusak kemampuan alam untuk mengatur gas rumah kaca di atmosfer dan lindungi dari dampak cuaca ekstrem, mempercepat perubahan iklim dan meningkatkan kerentanannya, menurut laporan badan PBB akan perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. 

Laporan itu menyerukan kebijakan kepada pemerintah berlakukan kebijakan dan solusi berbasis alam untuk atasi kedua masalah itu. Melihat hal itu, rekan penulis laporan Pamela McElwee memberikan komentarnya.

"Sudah terlalu lama, pembuat kebijakan cenderung melihat perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai masalah yang terpisah, sehingga tanggapan kebijakan telah dibungkam," ungkapnya pada konferensi pers virtual. 

"Iklim hanya mendapat lebih banyak perhatian karena orang semakin merasakannya dalam kehidupan mereka sendiri - apakah itu risiko kebakaran hutan atau badai. Laporan kami menunjukkan bahwa hilangnya keanekaragaman hayati memiliki efek serupa pada kesejahteraan manusia." lanjutnya. 

Laporan ini pun menandai kolaborasi pertama para ilmuwan dari Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah tentang layanan dari Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) dan Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC). 

Menyerukan negara-negara untuk melindungi seluruh ekosistem daripada lokasi ikonik atau spesies, dimana penulis laporan berharap untuk mempengaruhi diskuisi kebijakan baik di konferensi PBB mengenai keanekaragaman hayati pada Oktober di Kunming, China dan pada pembicaraan iklim PBB yang diadakan sebulan kemudian di Glasgow, Skotlandia.

“Laporan ini akan menghubungkan dua COP (KTT) dalam hal pemikiran,” kata Hans Poertner, co-chair IPCC.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X