Berbagai peristiwa penting pernah terjadi di tanggal 18 Juni yang jatuh hari ini. Kali ini Indozone mencoba mengumpulkan tiga contoh peristiwa sejarah yang kebetulan pernah terjadi pada tanggal tersebut.
Salah satu contohnya adalah peristiwa Wanita pertama yang dikirim ke luar angkasa dan pergantian nama Birma menjadi Myanmar. Berikut beberapa peristiwa bersejarah yang dilansir dari Wikipedia, Jumat (18/6/2021).
1942 - Paul McCartney, personel The Beatles.
Sir James Paul McCartney, CH MBE merupakan penyanyi berkebangsaan Inggris. Ia terkenal sebagai salah satu personil The Beatles. Bersama John Lennon di dekade 1960-an, ia membentuk partnership pencipta lagu paling sukses. Ia masih aktif bermusik dan sebagai musikus hingga kini, pendapatannya adalah salah satu yang tertinggi di Inggris.
Setelah The Beatles bubar, McCartney bersama istrinya, Linda McCartney membentuk grup musik Wings yang cukup sukses di medio tahun 1970-an. Setelah Wings bubar, ia bersolo karier hingga sekarang.
Baca Juga: Viral Aksi Bocah Jualan Nanas Sambil Gombali Pembeli, Bikin Netizen Gemas
1983 - Astronaut Sally K. Ride menjadi wanita Amerika Serikat pertama di luar angkasa
Sally Kristen Ride ialah astrofisikawati dan astronaut Amerika Serikat, lahir di Encino, California. Dengan Ph.D. dalam fisika dari Universitas Stanford, ia bergabung dengan NASA pada 1978, di mana ia menjadi astronaut (1979–87) dan membantu rancangan lengan robot untuk kendaraan luar angkasa.
Pada 1983, tepatnya 19 Juni, ia menjadi wanita pertama di Amerika Serikat yang berada di angkasa. Ia juga menjabat dalam komisi (1986, 2003) yang menyelidiki kecelakaan Space Shuttle Challenger dan Columbia. Pada 1989 ia menjadi guru besar fisika dan direktur Institut Luar Angkasa California di Universitas California, San Diego.
1989 - Perubahan nama "Birma" menjadi "Myanmar" oleh pemerintahan junta militer.
Perubahan nama dari Burma menjadi Myanmar secara resmi dilakukan oleh pemerintahan junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer mengubah nama Burma menjadi Myanmar agar etnis non-Burma merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional. Banyak kelompok oposisi dan negara tetap menggunakan nama "Burma" karena tidak mengakui legitimasi pemerintah militer yang berkuasa saat itu.
Bulan April 2016, tidak lama setelah menjabat, Aung San Suu Kyi memberikan klarifikasi bahwa orang asing bisa bebas menggunakan kedua nama, "karena tidak ada dalam konstitusi kami yang mengatakan bahwa anda harus menggunakan salah satunya".
