Bila sering melintasi kawasan Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan, tentu tak asing dengan Patung Pancoran yang berdiri gagah. Tinggi Patung Pancoran secara keseluruhan ini memiiki ketinggian 11 meter dengan ketinggian kaki patung mencapai 27 meter.
Patung yang terbuat dari perunggu seberat 11 ton ini dirancang atas permintaan Presiden Soekarno untuk menampilkan keperkasaan Indonesia di bidang dirgantara sekaligus sebagai penghormatan kepada para pahlawan penerbang Indonesia.
Presiden Soekarno terinspirasi sosok antariksawan Rusia, Yuri Gagarin. Proses pemasangan patung yang selesai tahun 1970 ini ditempatkan di lokasi strategis.
Lokasi terseubut merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan yaitu dari Lapangan Terbang Halim Perdana Kusuma dan dulunya dekat dengan Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.
Patung ini sebenarnya dinamakan Patung Dirgantara, namun lebih dikenal sebagai Patung Pancoran. Dirancang tahun 1964-1965 oleh Edhi Sunarso seorang pematung handal asal Yogyakarta yang juga membuat Tugu Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta Pusat.
Sosok patung ditampilkan sebagai figur seorang lelaki berotot dengan sehelai kain terjuntai di bagian bahu seolah tertiup angin. Berwajah Gatotkaca dengan ekspresi yang keras, tatapan mata yang tajam menatap lurus ke depan, mulut yang mengatup serta gestur tubuhnya seakan melaju dan akan melesat ke angkasa.
Sempat terkendala peristiwa G30S/PKI dan kondisi kesehatan Soekarno yang terus menurun. Proses pembuatan patung sempat terhenti akibat kekurangan dana. Soekarno akhirnya rela menjual mobilnya untuk merampungkan patung tersebut.
Edhi Sunarso sang pematung juga harus menanggung hutang akibat kehabisan dana. Konon hingga kini pembuatan patung tersebut tidak selesai sempurna. Terlihat dari permukaannya yang masih kasar dan banyak tambalan.
Soekarno yang mangkat pada tahun 1970, tidak melihat rampungnya pemasangan patung ini. Bahkan patung yang merupakan warisan terakhirnya ini tidak pernah diresmikan. Namun berbagai mitos serta misteri membalut patung yang berbiaya Rp12 juta rupiah ini.
Salah satunya adalah mitos arah tangan yang berdiri menghadap utara yang konon menunjuk lokasi rahasia kekayaan milik Soekarno. Ada pula mitos yang menyebut arah tangan tersebut mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan besar pada awal berdirinya Jakarta. Bahkan ada mitos arah tangan tersebut menunjuk ke Rusia sebagai kiblat politik Indonesia saat itu.
Artikel menarik lainnya:
- Viral! Rela Antre 3 Jam Demi Menikmati Japanese Street Food di Kedai Ini
- Canggih! Mahasiswa Surabaya Ciptakan Laci Pintar Teknologi RFID, Bukanya Cuma Pakai Kartu
- Dulunya Bekas Parkiran Kuda, Kini Jadi Pusat Jual Beli Barang Bekas Terbesar di Malang
- Serunya Adu Nyali Permainan Betengan, Sukses Bangkitkan Kenangan Masa Kecil Generasi 90-an
- Melihat Keraton Kaibon, Reruntuhan Sejarah yang Masih Terlihat Megah di Banten
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.