Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah

- Rabu, 19 Januari 2022 | 17:54 WIB
Aksara sunda Kuno di prasasti dan naskah. (Wikipedia).
Aksara sunda Kuno di prasasti dan naskah. (Wikipedia).

Tak hanya Jawa dan Batak saja, masyarakat Sunda juga memiliki bentuk aksaranya sendiri. Aksara ini juga yang menjadi identitas mereka selain bahasa Sunda

Kebudayaan Sunda memiliki kekayaan peninggalan seperti prasasti, piagam, serta naskah kuno yang cukup banyak. Dalam peninggalan tersebut, banyak kesaksian akan tradisi tulis-menulis di kalangan masyarakat Sunda melalui aksara tersebut. 

Mengutip dari Wikipedia, masyarakat Sunda telah lama mengenal aksara bahkan dari abad 14. Mereka menuliskan bahasa yang mereka gunakan melalui Aksara Sunda Kuno. 

Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.

Pada akhir Abad 19 sampai pertengahan Abad 20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. 

Kecakapan masyarakat dalam tulis-menulis di wilayah Sunda telah diketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa Kerajaan Tarumanagara. Hal itu tampak pada prasasti-prasasti dari zaman itu yang sebagian besar telah dibicarakan oleh Kern (1917) dalam buku yang berjudul Versvreide Geschriften; Inschripties van den Indichen Archipel. 

-
Aksara sunda Kuno di prasasti dan naskah. (Wikipedia).

Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 Aksara.

Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar. Mulai dari 7 aksara swara atau aksara vokal mandiri: a, é, i, o, u, e, dan eu serta 23 aksara ngalagéna atau konsonan berbunyi: ka-ga-nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, wa-sa-ha, fa-va-qa-xa-za.

Lima aksara ngalagena tambahan ditambahkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walau begitu, aksara tambahan ini bukanlah bentuk baru, melainkan modifikasi dari aksara yang telah ada. 

-
Aksara sunda Kuno di prasasti dan naskah. (Wikipedia).

Tanda baca, pamaeh, dan unicode.

Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya koma, titik, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dan lainnya. Walau begitu, dulunya aksara Sunda kuno memiliki tanda bacanya sendiri.

Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagéna yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan pamaéh, atau (2) menggunakan pasangan.

Penggunaan pamaéh adalah salah satu cara untuk menulis aksara Sunda pada tahap dasar. Cara lain, pasangan, biasanya digunakan untuk menghindari penggunaan pamaéh di tengah kata-kata, serta untuk menghemat ruang menulis. Pasangan dibuat dengan menyambungkan huruf ngalagéna kedua ke huruf yang pertama, sehingga menghilangkan vokal /a/ dari ngalagéna pertama.

Aksara Sunda telah ditambahkan ke Standar Unicode pada bulan April 2008 dengan merilis versi 5.1. Dalam versi 6.3, dukungan pasangan dan beberapa karakter dari aksara Sunda Kuno ditambahkan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X