Arkeolog Berhasil Menemukan Sisa Tulang Belulang Leluhur Suku Maya di Gua Puyil, Meksiko!

- Selasa, 5 Oktober 2021 | 14:02 WIB
Penemuan sisa tulang belulang oleh arkeolog. (photo/Dok. Histecho)
Penemuan sisa tulang belulang oleh arkeolog. (photo/Dok. Histecho)

Belum lama ini, arkeologi dilaporkan berhasil menemukan sisa-sisa dari leluhur peradaban suku Maya di sebuah gua. Penemuan itu ditemukan arkeolog di Gua Puyil di Tacotalpa, di negara bagian Meksiko selatan Tabasco.

Melansir Histecho, sisa peradaban itu diyakini berusia 7.000 tahun. Dari penemuan itu, arkeolog dilaporkan berhasil temukan 3 tulang belulang manusia berupa kerangka, tengkorak, gigi, dan sisa-sisa bangsa Maya kuno lainnya. Dilaporkan, dua di antara 3 penemuan itu berusia 4.000 tahun dan satunya lagi berusia 7.000 tahun. Melihat hal itu, arkeolog asal Meksiko yaitu Alberto Martos memberikan komentarnya. 

“Tujuh ribu tahun adalah apa yang baru saja kami tempatkan, yang merupakan periode transisi gaya hidup dari pemburu ke menetap. Ada kelompok berbeda selama ini yang menggunakan gua, jelas itu bukan gua domestik,” ungkapnya, melansir Histecho. 

“Bagi suku Maya, itu adalah gua leluhur. Gua ini digunakan oleh suku Maya karena mereka menghormati sisa-sisa (manusia) yang sudah ada dan meninggalkan sisa-sisa mereka sendiri di dalam," jelasnya. 

Dia juga  mengatakan bahwa lokasi penemuan itu merupakan gua leluhur. Lebih lanjut, para peneliti mengatakan usia tulang yang ditemukan sesuai dengan periode manusia beralih dari pemburu ke gaya hidup yang menetap. Para ilmuwan juga mengatakan bahwa kekeringan besar yang melanda Meksiko sekitar 1.000 tahun lalu, memicu kematian suku Maya. 

Ini didasarkan pada penelitian iklim pada masa peradaban kuno, dan menemukan bahwa curah hujan turun hingga 70% pada saat kota pada kawasan itu ditinggalkan. Melihat hal itu, seorang mahasiswa PhD di University of Cambridge, Nick Evans memberi pernyataannya. 

“Peran perubahan iklim dalam runtuhnya peradaban Maya Klasik agak kontroversial, sebagian karena catatan sebelumnya terbatas pada rekonstruksi kualitatif, misalnya, apakah kondisinya lebih basah atau lebih kering,” ungkapnya. 

"Studi kami merupakan kemajuan substansial karena memberikan perkiraan statistik curah hujan dan tingkat kelembaban yang kuat selama kejatuhan Maya,” lanjutnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Arti Mimpi Memotong Rambut Apakah Pertanda Baik?

Minggu, 28 April 2024 | 10:19 WIB

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X