Mungkin manusia modern tak pernah membayangkan kotoran bisa dijadikan obat mujarab yang ampuh sembuhkan berbagai penyakit. Namun faktanya, tinja telah berperan besar dalam pengobatan kesehatan sejak zaman kuno.
Dikutip dari History, dokter Mesir kuno telah menjadikan tinja manusia dan hewan sebagai obat favorit. Mereka terbiasa menggunakan kotoran keledai, anjing, rusa, dan lalat untuk penyembuhan dan mengusir roh jahat.
BBC juga mencatat bahwa orang-orang Mesir kuno menggunakan kotoran buaya sebagai bentuk kontrasepsi, di antara berbagai bahan yang mereka coba.
Bahkan Guardian merilis dalam sejarah manusia, mimisan bisa diobati dengan "kotoran babi hangat.” Lalu ada tahun 1600-an Irlandia, "bapak kimia" Robert Boyle mengobati katarak dengan mengeringkan kotoran manusia menjadi bubuk dan meniupkannya ke mata.
Ada juga kotoran yang digunakan untuk mengobati epilepsi di negara yang sama 100 tahun kemudian atau lebih khusus "kotoran bayi dihaluskan."
Digunakan di Masa Kini
Meski tinja kadang-kadang menyebabkan tetanus dan infeksi lainnya, bahan menjijikkan ini masih terus ditelusuri khasiatnya.
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang yang mencoba memanfaatkan tinja. Contohnya wanita China yang percaya teh kotorannya menyembuhkannya dari kanker.
Dalam medis sendiri, tinja tidak banyak digunakan dalam pengobatan selain sebagai alat diagnostik. Prosedurnya dilakukan dengan menempatkan tinja pada pasien sebagai cara untuk menambahkan bakteri usus baik yang membantu melawan infeksi.
Penerima mungkin memiliki penyakit pencernaan atau autoimun seperti Penyakit Crohn, Ulcerative Colitis atau Irritable Bowel Syndrome.
Ternyata bentuk praktik ini secara resmi dikenal sebagai Transplantasi Mikrobiota Kotoran atau FMT. Penggunanya telah ada selama beberapa waktu, jadi mungkin nenek moyang kita benar-benar tahu apa yang mereka gunakan berkhasiat.