Tak banyak yang tahu bahwa cincin tunangan atau cincin kawin yang biasa kita gunakan hari ini awalnya berasal dari bangsa Romawi kuno atau Mesir kuno.
Masyarakat pada masa itu yang pertama kali melakukan perincian hukum untuk pertunangan, pernikahan, dan perceraian.
Dikutip dari Ancient Origins, pernikahan saat itu disebut justae nuptiae, justum matrionium atau ligitimum matrimonium. Di mana harus sesuai dengan hukum Romawi (konnubium).
Istilah inilah yang menunjukkan hak hukum untuk menikah, dan ini adalah persyaratan sebelum orang bisa menikah.
Mengingat hal itu, maka tidak mengherankan kalau pernikahan di masa itu juga dianggap sebagai kontrak yang diikat dengan pemberian cincin pertunangan.
Baca juga: Baru Tahu, Rupanya Cincin dan Kemiringan Planet Saturnus Akibat Bulan Kuno yang Hilang
Kontrak itu biasanya dilakukan antara pasangan bangsawan, serta antara keluarga mereka.
Selain itu, cincin pertunangan Romawi menunjukkan bahwa seorang wanita akan berpindah dari kepemilikan satu pria (ayahnya) ke pria lain (calon suaminya). Karena itu, hanya wanita yang mengenakan cincin pertunangan di Roma kuno.
Dua Cincin, Dua Simbol
Wanita dalam masyarakat Romawi kuno diberi dua cincin kawin, satu dari besi dan satu emas. Yang pertama dipakai di rumah, sedangkan yang kedua dipakai di depan umum untuk mengesankan orang.
Besi dipilih sebagai bahan untuk cincin ini karena melambangkan kekuatan dan keabadian.Sementara emas merupakan simbol kekayaan.
Baca juga: Seluk Beluk Seputar Bantal, Dulu Terbuat dari Batu, Tidak Seempuk Sekarang
Sementara undang-undang melarang kelas bawah memakai cincin emas. Namun peraturan ini sering dihiraukan, bahkan budak tercatat telah melapisi cincin besi mereka dengan emas.
Sehingga cincin kawin emas pun menjadi sangat menonjol sejak abad ke-3 dan ke-4 Masehi sampai sekarang.
