Nitobe Inazo pernah membuat karya pada 1899 yang mengekslporasi jalan hidup samurai, bushido, dan pedang yang dijulukinya sebagai jiwanya samurai. Saking dihormatinya sebilah pedang, pekerjaan pembuat pedang menjadi sangat penting. Pada bab XIII, Nitobe pun bercerita mengenai pembuat pedang. Katanya, pembuat pedang bukanlah seorang seniman belaka dan bengkelnya menjadi tempat pelindungan.
Setiap hari dia memulai keahliannya dengan doa dan pemurian. Maka itu, setiap ayunan ataupun gesekan pada batu asah dimaknai sebagai tindakan religius. Bahkan, beberapa ahli pedang kuno Jepang menjadi setenar si samurai itu sendiri. Salah satunya adalah Muramasa Sengo dan Masamune Goro. Muramasa Sengo merupakan ahli pedang yang hidup selama periode Muramachi. Beberapa legenda mengatakan bahwa Muramasa adalah murid dari Masamune. Walaupun historis tidak mungkin karena Masamune hidup beberapa abad sebelumnya.
Muramasa digambarkan sebagai orang yang benar-benar gila hingga rentan tehadap serangan kekerasan. Karena destruktif, dipercaya bisa memengaruhi bilah pedang yang ditempanya. Pedang itu kemudian akan 'memiliki' sang pemilik. Mengubahnya menjadi prajurit gila dan mematikan, layaknya Muramasa.
Banyak pendapat berkata bahwa pedang Muramasa kontras dengan Masamune. Pada satu legenda, yang berkata bahwa ia adalah murid Masamune, mengikuti kompetisi pembuatan pedang untuk tentukan, siapakah ahli pedang yang terhebat di Jepang. Setelah keduanya menyelesaikan pedang mereka, uji senjata pun dilakukan.
Kontesnya, pedang itu harus digantung di sungai dengan ujung yang tajam menghadap ke arus. Pedang Muramasa pun memotong semua yang melewatinya. Seperti ikan, daun, dan bahkan udara. Sebaliknya, udang Masamune gagal memotong apapun. Tetapi, Masamune pun dinyatakan pemenang, karena pedang Muramasa haus darah dan memotong tanpa pandang bulu. Sementara itu, pedang Masamune tidak memotong atau membunuh dengan sia-sia.
Terlepas dari reputasi burukunya, pedang Muramasa berkualitas tinggi dan populer di Jepang. Sempat pada pemerintahan Tokugawa Ieyasu, shogun pertama Edo, Pedang Muramasa tidak lagi disukai. Ayahnya, Matsudaira Hirotada dan kakeknya dibunuh oleh pengikut mereka yang memegang pedang Muramasa. Pedang Muramasa seakan mempunyai kekuatan untuk membunuh anggota keluarga Tokugawa. Akibatnya, shogun pun memutuskan untuk melarang kepemilikan Muramasa dan pada akhirnya banyak-banyak karyanya dilebur, walaupun beberapa disembunyikan.
