Pandemi virus corona membawa dampak yang begitu besar bagi seluruh sektor industri di Indonesia maupun dunia. Industri fashion menjadi salah satu dari sekian banyak sektor yang harus bertahan di tengah getirnya situasi sulit wabah virus corona.
Akibat kondisi ini, terjadi perubahan pola hidup yang dijalani masyarakat. Bukan hanya sosialisasi dengan lingkungan melainkan kebiasaan berbelanja produk fashion. Pemerintah juga tengah bersiap untuk mengajak masyarakat menelusuri babak baru di tengah pandemi yakni menghadapi era 'New Normal'.
Indonesia Fashion Chamber (IFC) juga telah mengamati perkembangan industri fashion di dalam dan luar negeri. Melalui konferensi virtual, Ali Charisma selaku National Chairman IFC menanggapi wacana pemerintah untuk turut serta menuju era new normal.
Konferensi virtual yang bertajuk 'The New Normal for Fashion Business and Events' ini juga dihadiri oleh sejumlah ahli di bidang fashion. Di antaranya Taruna K. Kusmayadi (Advisory Board IFC), Janice Lee pakar fashion asal Hong Kong dan Lexy Mojo (CEO of Legendary Gold Limited Organizer of Africa Fashion Reception asal Nigeria.
Antusias masyarakat berbelanja online rupanya bukan menjadi satu-satunya solusi menuju era new normal. Menurut Janice, konsep yang ingin dihadirkan dalam new normal sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda.
"Umumnya masyarakat sudah mengenal konsep belanja online, tapi pada dasarnya orang ingin mendapatkan experience saat berbelanja, bukan hanya kepuasan saja," katanya dikutip Indozone, Rabu (27/5/2020).
Tak hanya di Indonesia, seluruh negara mengalami penurunan produksi fashion secara drastis. Lexy Mojo menceritakan bahwa perkembangan fashion di Afrika anjlok. Para desainer memilih banting stir untuk memproduksi masker.
"Para desainer sepakat solusi untuk bertahan di tengah pandemi adalah mendukung pemerintah menggunakan masker. Maka, desainer memilih untuk memproduksi lebih banyak masker," cerita Lexy Mojo.
Masyarakat butuh waktu untuk bisa kembali menjalani ritme kehidupan seperti sebelumnya.
"Rasanya masih cukup sulit membangkitkan produksi fast fashion. Desainer lebih memilih mengembangkan produk homewear untuk bertahan di tengah pandemi virus corona," tambah Ali Charisma.
Besar kemungkinan, geliat tren fashion di era new normal masih melalui platform belanja online.